REVIEW
JURNAL
PEMBUATAN
BIOETANOL DARI BIJIDURIAN
Desi
Iftalia (1112096000048)
Prodi Kimia Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRACT
Fruits that are not fit for consumption is waste which is quite a lot in the market and are still not widely used into value-added products . Fruits that are not fit for consumption including lignocellulosic biomass containing high it is possible to be use for bioethanol . This study aims to utilize the durian seeds are not viable bioethanol consumption that can be used as a premium fuel substitution . The study was an experiment of several methods of making bioethanol . Prior to the manufacture of ethanol made flouring Proes duran seeds first. The first study is the determination of glucose levels darihasil hydrolysis , starch glucose levels obtained at 365.9 ppm . Second , bioethanol with DNS method , the principle of which is used at this stage is to hydrolyze durian seeds using hydrochloric acid to obtain a monomer of starch is glucose . The third method Bioethanol Fermentation , fermentation process using yeast Saccharomyces cerevisiae . Last Bioethanol Fermentation method of pH variation , variation in pH occurred turbidity differences in each fermentation solution , it indicates the amount of biomass produced . The more turbid the solution produced more biomass .
KEYWORDS : Durian’s
stone waste, ethanol
ABSTRAK
Buah-buahan yang sudah tidak layak
konsumsi merupakan sampah yang jumlahnya cukup banyak dipasar dan sejauh ini
masih belum banyak dimanfaatkan menjadi produk yang memiliki nilai tambah.
Buah-buahan yang sudah tidak layak konsumsi termasuk biomassa yang mengandung
lignoselulosa yang tinggi sangat dimungkinkan untuk dimanfaatkan menjadi
bioetanol. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan biji buah durian yang
sudah tidak layak konsumsi menjadi bioethanol yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bakar subtitusi premium. Jenis penelitian ini adalah eksperimen dari
beberapa metode pembuatan bioetanol. Sebelum dilakukan proes pembuatan etanol
dilakukan penepungan biji duran terlebih dahulu . Penelitian pertama yaitu penentuan kadar glukosa
darihasil hidrolisis , didapatkan kadar glukosa pati sebesar 365,9
ppm. Kedua , bioetanol dengan metode DNS , prinsip
yang digunakan pada tahap ini adalah dengan menghidrolisis biji durian
menggunakan asam klorida untuk memperoleh monomer pati yaitu glukosa . Ketiga Bioetanol metode Fermentasi , proses fermentasi
menggunakan ragi Saccharomyces cerevisiae .
Terakhir Bioetanol metode
Fermentasi variasi pH , variasi
pH terjadi perbedaan kekeruhan pada masing-masing larutan
fermentasi, hal tersebut mengindikasikan banyaknya biomassa yang dihasilkan.
Semakin keruh larutan maka biomassa yang dihasilkan semakin banyak.
Keyword : Biji Durian , Etano , Bioetanol
1.PENDAHULUAN
Seiring
berkembangnya teknologi dan bertambahnya penduduk, kebutuhan energy yang
semakin meningkat. Bahan bakar fosil yang ada saat ini tidak dapat diharapkan
untuk jangka waktu yang lama. Untuk Indonesia misalnya, pada tahun 2002 lalu
cadangan terbukti minyak bumi sekitar 5 miliar barrel,
gas bumi sekitar
90 TSCF, dan batubara sekitar 5 miliar ton. Apabila tidak ditemukan cadangan
terbukti baru, minyak bumi diperkirakan akan habis dalam waktu kurang dari 10
tahun, gas bumi 30 tahun, dan batubara akan habis sekitar 50 tahun . Oleh sebab
itu, diperlukan sumber energi alternatif baru yang mampu mencukupi atau paling
tidak dapat menghemat penggunaan energi dari bahan bakar fosil tersebut.
Diantara
energi alternatif yang baru-baru ini dikembangkan adalah bioethanol. Bioethanol
mempunyai beberapa kelebihan dibanding dengan bahan bakar minyak bumi.
Bioethanol mudah terbakar dan memiliki kalorbakar netto yang besar, yaitu
kira-kira 2/3 dari kalor bakar netto bensin. Pada T 25 ºC dan P 1 bar, kalor
bakar netto etanol adalah 21,03 MJ/liter sedangkan bensin 30 MJ/liter. Etanol
murni juga dapat larut sempurna dalam bensin dalam segala perbandingan dan
merupakan komponen pencampur beroktan tinggi ( angka oktan riset 109 dan angka
oktan motor 98) .
Bioetanol
ini dapat dibuat dari zat pati/amilum (C6H10O5)n yang dihidrolisa menjadi
glukosa kemudian difermentasi dengan mikroorganisme Saccharomyces cerevisiae
pada temperature 27-30 ºC (suhu kamar). Hasil fermentasi ini mengandung etanol
± 18 %. Selanjutnya didestilasi pada 78ºC (titik didih minimum alkohol),
sehingga akan dihasilkan etanol dengan kadar ± 95,6%. Untuk memperoleh etanol
absolut maka etanol 95,6% ini ditambah CaO untuk mengikat air .
Hal
inilah yang mendorong peneliti untuk membuat ethanol dari biji durian ( Durio
zibethinus). Biji durian (Durio Sp) mempunyai
kadar amilum
43,6 % untuk biji durian segar dan 46,2 % untuk biji yang sudah masak. Ini
merupakan angka yang potensial guna pengolahan amilum menjadi etanol. Amilum
yang berbentuk polisakarida dapat dihidrolisis menjadi glukosa dalam kadar yang
tinggi melalui pemanasan. Glukosa inilah yang
selanjutnya
difermentasi untuk menghasilkan etanol.
Peneliti
berharap etanol dari biji durian ini, dapat menambah nilai guna dari biji
durian menjadi sumber energi pengganti gasoline sebagai langkah awal
melepaskan ketergantungan dari bahan bakar fosil yang keberadaannya semakin
berkurang dan mahal di pasar dunia.
Manfaat
durian selain sebagai makanan buah segar dan olahan lainnya, terdapat manfaat
dari bagian lainnya, yaitu: tanamannya sebagai pencegah erosi di lahan-lahan
yang miring,batangnya untuk bahan bangunan/perkakas rumah tangga, kayu durian
setaraf dengan kayu sengon sebab kayunya cenderung lurus, bijinya yang memiliki
kandungan pati cukup tinggi, berpotensi sebagi alternatif pengganti makanan
(dapat dibuat bubur yang dicampur daging buahnya), kulit dipakai sebagai bahan
abu gosok yang bagus, dengan cara dijemur sampai kering dan dibakar sampai
hancur.
Dengan
potensi durian yang demikian besar di Indonesia maupun di dunia, akan sangat disayangkan
jika biji durian (Pongge) yang sering dianggap limbah tidak dimanfaatkan untuk
sesuatu yang lebih besar manfaatnya seperti untuk pembuatan bioethanol ini.
Kandungan nutrisi dalam 100 gram biji durian seperti yang dikutip dari Michael
J Brown, Durio – A Bibliographic Review, 1997,hal. 157 ditunjukkan dalam tabel
1.
Zat
|
Per
100 gram biji
segar
(mentah)
tanpa
kulitnya
|
Per
100 gram
biji
telah
dimasak
tanpa kulitnya
|
Kadar air
|
51,5 g
|
51,1 g
|
Lemak
|
0,4 g
|
0,2-0,23 g
|
Protein
|
2,6 g
|
1,5 g
|
Karbohidrat
total
|
43,6 g
|
43,2 g
|
Serat kasar
|
|
0,7-0,71 g
|
Nitrogen
|
|
0,297 g
|
Abu
1,9 g 1,0 g
|
1,9 g
|
1,0 g
|
Kalsium
|
17 mg
|
3,9-88,8 mg
|
Pospor
|
68 mg
|
65-87 mg
|
Besi
|
1,0 mg
|
0,6-0,64 mg
|
Natrium
|
3 mg
|
|
Kalium
|
962 mg
|
|
Beta karotin
|
250 μg
|
|
Riboflavin
|
0,05 mg
|
0,05-0,052
mg
|
Thiamin
|
|
0,03-0,032
mg
|
Niacin
|
0,9 mg
|
0,89-0,9 mg
|
Dari
Tabel 1 di atas terlihat kandungan karbihidrat (amilum) dalam biji durian cukup
tinggi yaitu 43,6 % untuk biji segar dan 46,2 % untuk biji yang sudah diolah.
Ini merupakan angka yang potensial untuk pengolahan amilum menjadi etanol.
Amilum yang berbentuk palisakarida dapat dihirolisis menjadi glukosa dalam
kadar yang tinggi melalui pemanasan. Glukosa inilah yang selanjutnya
difermentasi untuk menghasilkan etanol.
2.Penepungan Biji Durian
Bahan
yang digunakan ialah biji durian kering yang sudah ditepungkan bukan biji
durian segar sebab durian adalah buah bermusim ( hanya berbuah pada bulan
Oktober- Februari). Agar produksi skala makro dan penelitian secara mikro ini
tidak terhenti atau dapat berlangsung secara kontinyu sepanjang tahun
diperlukan pengawetan. Pengawetan tersebut dilakukan melalui proses pengeringan
dan penepungan yang diharapkan mampu memberikan stok bahan dalam jangka waktu
yang lama dan meningkatkan efisiensi proses fermentasi sebab kandungan air
dalam bahan telah berkurang. Dari percobaan didapatkan nilai efesiensi
rata-rata dari penepungan biji durian adalah 46,974% .
3.Penentuan
Kadar Glukosa Hasil Hidrolisis
Biji durian yang
digunakan dengan cepat berubah berwarna coklat karena terjadi proses
pencoklatan akibat adanya kinerja enzim polifenoloksidase. Enzim ini akan
menyebabkan turunan senyawa fenol yang terdapat dalam biji durian mengalami
reaksi oksidasi dengan oksigen dari udara dengan produk sekunder adalah pigmen
berwarna coklat. Saat reaksi hidrolisis berlangsung secara perlahan larutan
berwarna agak kecoklatan kemungkinan disebabkan pigmen coklat yang terbentuk
larut dalam asam yang digunakan pada reaksi hidrolisis pati. Warna larutan
setelah hidrolisis selesai berubah menjadi coklat.Hasil hidrolisis pati
memberikan kadar glukosa sebesar 365,9 ppm.
4. Penentuan Kadar
Glukosa Dengan Metode DNS
Metode yang
digunakan pada tahap ini adalah dengan menghidrolisis biji durian menggunakan
asam klorida untuk memperoleh monomer pati yaitu glukosa, pada penelitian ini
terjadi perubahan warna pada masing-masing larutan variasi konsentrasi HCl. Hal
tersebut mengindikasikan banyaknya glukosa hasil hidrolisis. Ketika parameter
suhu dan waktu ditingkatkan dimungkinkan perubahan warna masing-masing
konsentrasi akan lebih pekat, hal tersebut berhubungan dengan laju reaksi
hidrolisis masing-masing larutan. Dengan waktu dan suhu hidrolisis yang sama
dengan perbedaan konsentrasi HCl pada masing-masing larutan hidrolisis, dapat
disimpulkan semakin cepat laju reaksi, semakin pekat perubahan warna untuk
waktu dan suhu reaksi yang sama. Dari hasil percobaan kadar glukosa tertinggi
pada cake glukosa pada hidrolisis 1 M HCl sebesar 20100 ppm. Cake maupun sirup
glukosa dapat digunakan sebagai sumber bioetanol karena keduanya memiliki kadar
glukosa cukup tinggi dan mampu diubah menjadi etanol oleh mikroba dengan
kondisi yang sesuai.Dan kadar etanol yang dihasilkan 1,5% .
5.
Pembuatan Bioetanod metode Fermentasi
proses
fermentasi menggunakan ragi Saccharomyces cerevisiae mampu bertahan pada
suhu dan pH yang sesuai. Pengaruh pH pada pertumbuhan ragi tergantung pada konsentrasi
gula oleh karena itu dalam percobaan ini digunakan pH 6 karena pada pH tersebut
Saccharomyces cerevisiae dapat tumbuh dengan baik. Pada akhir fermentasi
nilai pH tidak mengalami perubahan.Selama proses fermentasi terjadi konsumsi
glukosa oleh Saccharomyces cerevisiae sehingga kemungkinan kadar glukosa
berkurang sesuai dengan bertambahnya waktu fermentasi. Akibat bertambahnya
waktu fermentasi maka aktivitas ragi menurun sesuai dengan berkurangnya
substrat dan nutrien yang tersedia. Penurunan aktivitas ragi ini akan
mengurangi jumlah asam organik yang terbentuk sebagai hasil samping dalam
pembuatan bioetanol. Proses fermentasi ini berlangsung selama ± 72 jam , dan
menghasilkan massa jenis dengan kisaran nilai 0,9767-0,9809 g/mL dan kadar
etanol sekitar 5%.
6.Bioetanol
metode Fermentasi variasi pH
Dari 96 jam
fermentasi dengan variasi pH terjadi perbedaan kekeruhan pada masingmasing
larutan fermentasi, hal tersebut mengindikasikan banyaknya biomassa yang
dihasilkan. Semakin keruh larutan maka biomassa yang dihasilkan semakin banyak.
Kadar etanol yang dihasilkan pada variasi pH , pH 4 merupakan pH optimum yang
dimiliki S.cerevisiae
untuk melakukan
fermentasi. Pada pH 2 kadar etanol yang mampu diubah sangat kecil dibandingkan
pada pengubahan glukosa pada pH lainnya (4, 6, 8), hal tersebut dikarenakan
pada keadaan yang terlalu asam dapat mendenaturasi enzim-enzim yang dibutuhkan
untuk melakukan proses glikolisis didalam tubuh mikroba, Karena adanya pengaruh
tersebut maka jalur glikolisis atau jalur Embden-Mayerhof-Parnas (EMP) yang
setiap tahapannya dikatalisis oleh enzim akan terhambat, yang kemudian akan
berpengaruh terhadap konsumsi dan perubahan glukosa menjadi etanol [6,14-15].
Pada kadar glukosa 8000 ppm, S. cerevisiae mampu mengubah glukosa
menjadi etanol sekitar 1,61% (v/v).
6.KESIMPULAN
Kadar etanol
tertinggi dihasilkan dari percobaan pembuatan bioetanol dengan metode fermentasi menggunakan ragi Saccharomyces
cerevisiae yaitu sebesar
5% , tetapi pada proses ini membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu sekitar 72
jam . Kadar etanol tertinggi kedua
dengan menggunakan metode fermentasi dari variasi pH,pH yang memiliki kadar
etanol maksimun adalah pH 4 yang mampu mengubah glukosa menjadi 1,61% .
7.REFRENSI
1.
Ardian ,N.D,Endah , R.D dan
Speria,D.2001,Pengaruh Kondisi Fermentasi terhadap Yield Etanol pada Pembuatan
Bioetanol dari Pati Garut, J. Gema Teknik,2, pp.1
2.
FESSENDEN AND FESSENDEN ,Alih bahasa
Pudjaatmaka AH , 1999, Kimia Organik , Jilid 1 , Edisi Ketiga , Erlangga
.Jakarta
3.
Nurfiana F.,Umi, M., Vicki, C.J., dan
Putra S., 2009, Pembuatan Bioethanol dari Biji Durian sebagai Energi Alternatif,
Artikel Seminar Nasional V, SDM Teknologi Nuklir Yogyakarta, ISSN
1978-0176.
4.
ZHEN FANG, R. L. S. J., JANUSZ
A.KOZINSKI, TOMOAKI MINOWA, KUNIO ARAI 2010. Reaction of D-glucose in water at
high temperature (410oC) and pressures (180 MPa) for the production of dyes and
nano-particles. Elsevier.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar