I.
TUJUAN
Untuk memperoleh ethanol dari fermentasi buah-buahan
II.
DASAR TEORI
Pepaya (Carica papaya L.), atau betik adalah tumbuhan
yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan.
Pepaya termasuk kedalam kerajaan plantae, ordo barssicales, famili caricacease,
genus carcica, dengan spesies C. Pepaya. Di indonesia kata pepaya berasal dari
bahasa belanda ,“ papaja”, yang ada akhirnya mengambil dari bahasa Arawak,
“Pepaya”. Dalam bahasa jawa pepaya di sebut “ kates” dan dalam bahasa sunda
“gedang”.
Pepaya memiliki berbagai manfaat. buahnya dapat
dimakan baik saat muda maupun setelah masak, daunya juga bisa di masak ataupun
menjadi sayuran. Getah pepaya (dapat ditemukan di batang, daun, dan buah)
mengandung enzim papain, semacam protease, yang dapat melunakkan daging dan
mengubah konformasi protein lainnya. Papain telah diproduksi secara massal dan
menjadi komoditas dagang. Daun pepaya juga berkhasiat obat dan perasannya
digunakan dalam pengobatan tradisional untuk menambah nafsu makan.
Selain itu buah
pepaya yang sudah tidak layak untuk jual dapat dimanfaatkan untuk bahan
bioetanol. Dimana pepaya sangat berpotensi besar karena kadar glukosa yang
dimiliki pepaya matang sekitar 10%. Dan kadar ini cukup tinggi untuk dibuat
etanol. Tahapannya dibagi 3 : fermentasi, destilasi dan penentuan kadar etanol.
3 tahap ini harus dilakukan secara berturut-turut. Fermentasi dilakukan dengan
menggunakan ragi roti dengan penambahan pupuk untuk makanan bakteri tersebut
dengan perbandingan 5 % dari bahan
Kadar yang cukup tinggi untuk dibuat ethanol. Hitung-hitungan
teoritis di atas kertas. Andaikan seluruh gula di dalam pepaya bisa diubah
menjadi etanol, maka etanol yang bisa diproduksi sekitar 5.1%. Satu ton buah
afkir, teoritisnya, bisa menghasilkan 51 kg ethanol absolute. Realitasnya
efisiensinya tidak pernah 100%. Mungkin hanya 85-90% yang bisa diambil.
Demikian juga kadar etanolnya mungkin 60%, 80%, atau 95%. Meskipun begitu
volumenya cukup besar, bisa sampai 48 liter dan nilainya bisa Rp 576.000 per
ton buah afkir. Nilai ini akan bertambah besar jika limbah bioetanolnya
diolah kembali menjadi pupuk organik cair (POC), namun dalam percobaan ini yang
di gunakan bukanlah limbah pepaya namun buah pepaya itu sendiri, karena masih
taraf uji keberhasilan dari kadar etanol yang diujikan di labolatorium.
III. ALAT DAN
BAHAN
a. Alat :
1)
Mesin parut untuk
menghancurkan buah.
2)
Drum atau bak untuk
menampung bahan baku.
3)
Drum atau bak
fermentasi.
4)
Timbangan kecil.
5)
Ethanol meter.
6)
Seperangkat alat
destilasi.
7)
Peralatan pendukung
lainnya, seperti: ember, gayung, parang, dan lain-lain.
b. Bahan :
1) Limbah buah, jelas ini adalah bahan baku utamanya.
2) Ragi roti. Bisa pakai ragi roti yang banyak dijual di
toko yang menjual bahan baku kue/roti.
3) Urea dan NPK (15-15-15), untuk nutrisi tambahan ragi.
IV. CARA KERJA
1. Buah dihancurkan terlebih dahulu dengan menngunakan parutan atau ditumbuk.
2. Masukkan Urea & NPK ke dalam drum dan dicampur hingga merata.
3. Encerkan yeast dengan air hangat-hangat kuku, diaduk sampai muncul buihnya.
4. Masukkan ragi ke dalam sari buah dan diaduk sampai tercampir merata.
5. Sari buah difermentasi minimal selama 72 jam atau 3 hari, sampai tidak muncul buihnya lagi.maksimal seminggu .
6. Sari buah diperas dan diambil airnya.
7. Air perasan ini kemudian didistilasi untuk mendapatkan ethanol.
1. Buah dihancurkan terlebih dahulu dengan menngunakan parutan atau ditumbuk.
2. Masukkan Urea & NPK ke dalam drum dan dicampur hingga merata.
3. Encerkan yeast dengan air hangat-hangat kuku, diaduk sampai muncul buihnya.
4. Masukkan ragi ke dalam sari buah dan diaduk sampai tercampir merata.
5. Sari buah difermentasi minimal selama 72 jam atau 3 hari, sampai tidak muncul buihnya lagi.maksimal seminggu .
6. Sari buah diperas dan diambil airnya.
7. Air perasan ini kemudian didistilasi untuk mendapatkan ethanol.
V. HASIL DAN
PEMBAHASAN
Tabel 1. Pengamatan Fermentasi Pepaya
Pengamatan
|
Pepaya
|
Volume
|
250 mL
|
Volume Destilat
|
2 mL
|
Massa
Destilat
|
1,91 mL
|
Densitas
|
0,955 g/mL
|
Kadar
Etanol
|
40%
|
Pembuatan Bioetanol dari Pepaya hampir sama dengan
pembuatan dari tape ketan. Perbedaannya hanya dalam bahan, dimana pada pepaya
ditambahkan urea untuk menambahkan nutrisi pada mikroba anaerob. Perbandingan
ragi dengan papaya didalamnya sekitar 1:50 dan perbandingan urea dengan papaya
sekitar 1:20. Pepaya yang difermentasi selama7 hari. Hasil fermentasi berbau
tidak sedap dikarenakan adanya bakteri mikroorganisme yang masih ada pada
pepaya yang bersifat asam. Destilasi dilakukan pada suhu 78oC hingga
didapat volume destilat. Destilat yang
dihasilkan memiliki volume yang sedikit, hal ini terjadi karena pada saat
fermentasi alkohol yang ada didalam pepaya menguap atau teroksidasi. Destilat yang didapat, diukur dalam satuan
volume (mL) dan ditimbang dalam satuan (gram), sehingga dapat dihitung bobot
jenis etanol tersebut dan dapat diketahui kadar etanol dengan melihat pada
tabel farmakope dan didapat kadar etanol dari fermentasi pepaya yaitu 40%.
VI. KESIMPULAN
Volume destilat, densitas etanol dan kadar
etanol yang didapat pada fermentasi pepaya masing-masing berurutan adalah 2 mL,
0,955 g/mL dengan kadar etanol 40%.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Kuswanto, K.R. 1994. Food
Fermentation of Cassava In Indonesia, Application and Conhol
Sujito. 2008. Pembuatan
Etanol Menggunakan Zymomonas Mobilis Dengan Memanfaatkan Sari Buah Pepaya
Sebagai Substrat. Surabaya: ITS
LAMPIRAN
Densitas etanol = massa
etanol / volume etano
= 1,91
gram / 2 mL
= 0,955 g/mL
Tabel 2. Tabel Farmakope
Tidak ada komentar:
Posting Komentar