Kamis, 17 Oktober 2013

Pembuatan Bioethanol dari Buah Pepaya



I. TUJUAN

    Untuk memperoleh ethanol dari fermentasi buah-buahan

II. DASAR TEORI 

Pepaya (Carica papaya L.), atau betik adalah tumbuhan yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan. Pepaya termasuk kedalam kerajaan plantae, ordo barssicales, famili caricacease, genus carcica, dengan spesies C. Pepaya. Di indonesia kata pepaya berasal dari bahasa belanda ,“ papaja”, yang ada akhirnya mengambil dari bahasa Arawak, “Pepaya”. Dalam bahasa jawa pepaya di sebut “ kates” dan dalam bahasa sunda “gedang”.
Pepaya memiliki berbagai manfaat. buahnya dapat dimakan baik saat muda maupun setelah masak, daunya juga bisa di masak ataupun menjadi sayuran. Getah pepaya (dapat ditemukan di batang, daun, dan buah) mengandung enzim papain, semacam protease, yang dapat melunakkan daging dan mengubah konformasi protein lainnya. Papain telah diproduksi secara massal dan menjadi komoditas dagang. Daun pepaya juga berkhasiat obat dan perasannya digunakan dalam pengobatan tradisional untuk menambah nafsu makan.
Selain itu buah pepaya yang sudah tidak layak untuk jual dapat dimanfaatkan untuk bahan bioetanol. Dimana pepaya sangat berpotensi besar karena kadar glukosa yang dimiliki pepaya matang sekitar 10%. Dan kadar ini cukup tinggi untuk dibuat etanol. Tahapannya dibagi 3 : fermentasi, destilasi dan penentuan kadar etanol. 3 tahap ini harus dilakukan secara berturut-turut. Fermentasi dilakukan dengan menggunakan ragi roti dengan penambahan pupuk untuk makanan bakteri tersebut dengan perbandingan 5 % dari bahan
    Kadar yang cukup tinggi untuk dibuat ethanol. Hitung-hitungan teoritis di atas kertas. Andaikan seluruh gula di dalam pepaya bisa diubah menjadi etanol, maka etanol yang bisa diproduksi sekitar 5.1%. Satu ton buah afkir, teoritisnya, bisa menghasilkan 51 kg ethanol absolute. Realitasnya efisiensinya tidak pernah 100%. Mungkin hanya 85-90% yang bisa diambil. Demikian juga kadar etanolnya mungkin 60%, 80%, atau 95%. Meskipun begitu volumenya cukup besar, bisa sampai 48 liter dan nilainya bisa Rp 576.000 per ton buah afkir. Nilai ini akan bertambah besar jika limbah bioetanolnya diolah kembali menjadi pupuk organik cair (POC), namun dalam percobaan ini yang di gunakan bukanlah limbah pepaya namun buah pepaya itu sendiri, karena masih taraf uji keberhasilan dari kadar etanol yang diujikan di labolatorium. 

III. ALAT DAN BAHAN

a. Alat :
1)     Mesin parut untuk menghancurkan buah.
2)    Drum atau bak untuk menampung bahan baku.
3)    Drum atau bak fermentasi.
4)    Timbangan kecil.
5)    Ethanol meter.
6)    Seperangkat alat destilasi.
7)    Peralatan pendukung lainnya, seperti: ember, gayung, parang, dan lain-lain.
b. Bahan :
1)     Limbah buah, jelas ini adalah bahan baku utamanya.
2)    Ragi roti. Bisa pakai ragi roti yang banyak dijual di toko yang menjual bahan baku kue/roti.
3)    Urea dan NPK (15-15-15), untuk nutrisi tambahan ragi.

IV. CARA KERJA

   1. Buah dihancurkan terlebih dahulu dengan menngunakan parutan atau ditumbuk.
    2. Masukkan Urea & NPK ke dalam drum dan dicampur hingga merata.
    3. Encerkan yeast dengan air hangat-hangat kuku, diaduk sampai muncul buihnya.
    4. Masukkan ragi ke dalam sari buah dan diaduk sampai tercampir merata.
    5. Sari buah difermentasi minimal selama 72 jam atau 3 hari, sampai tidak muncul buihnya lagi.maksimal seminggu .
    6. Sari buah diperas dan diambil airnya.
    7. Air perasan ini kemudian didistilasi untuk mendapatkan ethanol.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

                        Tabel 1. Pengamatan Fermentasi Pepaya
Pengamatan
Pepaya
Volume
250 mL
Volume Destilat
2 mL
Massa Destilat
1,91 mL
Densitas
0,955 g/mL
Kadar Etanol
40%

Pembuatan Bioetanol dari Pepaya hampir sama dengan pembuatan dari tape ketan. Perbedaannya hanya dalam bahan, dimana pada pepaya ditambahkan urea untuk menambahkan nutrisi pada mikroba anaerob. Perbandingan ragi dengan papaya didalamnya sekitar 1:50 dan perbandingan urea dengan papaya sekitar 1:20. Pepaya yang difermentasi selama7 hari. Hasil fermentasi berbau tidak sedap dikarenakan adanya bakteri mikroorganisme yang masih ada pada pepaya yang bersifat asam. Destilasi dilakukan pada suhu 78oC hingga didapat volume destilat. Destilat yang dihasilkan memiliki volume yang sedikit, hal ini terjadi karena pada saat fermentasi alkohol yang ada didalam pepaya menguap atau teroksidasi. Destilat yang didapat, diukur dalam satuan volume (mL) dan ditimbang dalam satuan (gram), sehingga dapat dihitung bobot jenis etanol tersebut dan dapat diketahui kadar etanol dengan melihat pada tabel farmakope dan didapat kadar etanol dari fermentasi pepaya yaitu 40%.

VI. KESIMPULAN

Volume destilat, densitas etanol dan kadar etanol yang didapat pada fermentasi pepaya masing-masing berurutan adalah 2 mL, 0,955 g/mL dengan kadar etanol 40%.

VII. DAFTAR PUSTAKA

        Kuswanto, K.R. 1994. Food Fermentation of Cassava In Indonesia, Application and Conhol
      Sujito. 2008. Pembuatan Etanol Menggunakan Zymomonas Mobilis Dengan Memanfaatkan Sari Buah Pepaya Sebagai Substrat. Surabaya: ITS


LAMPIRAN
Densitas etanol            =          massa etanol / volume etano
            =          1,91 gram    /   2 mL
            =          0,955 g/mL


Tabel 2. Tabel Farmakope




Tidak ada komentar:

Posting Komentar